FILSAFAT ILMU DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA : Suatu Pengantar.



FILSAFAT ILMU DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA : Suatu Pengantar.

Drs. Surajiyo. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 2007. xiii + 170 hlm.


Oleh : Sucipto Ardi


I

Buku yang terbit pada bulan April 2007 terdiri dari tiga bagian. Bagian Pertama: Pengenalan Filsafat Ilmu yang terdiri dari tiga bab. Bab 1 adalah Pengantar Ilmu Filsafat, Bab 2 Filsafat Pengetahuan (Epistemologi), dan Bab 3 yaitu Ruang Lingkup Filsafat Ilmu. Pada Bagian Kedua: Masalah Ilmu Pengetahuan. Bagian ini terdiri dari lima bab, yakni Bab 4 Apa Itu Ilmu Pengetahuan, Bab 5 Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Bab 6 Prinsip-Prinsip Metodologi, Bab 7 Penemuan Kebenaran, dan Bab 8 adalah Definisi Dan Penalaran. Bagian Ketiga adalah Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Dalam bagian ini terdapat tiga bab, yaitu Bab 9 Hubungan Dan Peranan Ilmu Pengetahuan Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional, Bab 10 Etika Keilmuan, dan Bab 11 ialah Strategi Pengembangan Ilmu Di Indonesia.

Bab 1 merupakan uraian tentang pengantar ilmu filsafat. Pertama-tama dibahas tentang keberagaman pengertian filsafat. Didalamnya ditunjukkan bahwa, pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dengan ahli filsafat lainnya selalu berbeda dan jumlahnya hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Setelah itu, dijabarkan pula mengenai objek material dan objek formal filsafat.

Sebagai sebuah ilmu, metode filsafat diperkenalkan pula, seperti metode kritis, intuitif, skolastis, geometris, empiris, traansdental, fenemenologi, dialektis, neo-positivis, dan analitika bahasa. Kegunaan filsafat dan cabang-cabang filsafat mengakhiri bab satu ini. Berikutnya, bab 2 membahas tentang epistemologi. Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan. Pada bagian inilah, pembaca dapat memperoleh pemahaman mengenai hakikat pengetahuan, dan tinjauan secara mendalam yang berusaha menentukan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan manusia berdasarkan ukuran tentang kebenaran yang disepakati.

Pemahaman mendasar tentang filsafat ilmu pada bab 3, diuraikan setelah bab tentang epistemologi. Menurut Koento Wibisono (1994) yang dikutip Surajiyo selaku penulis buku, menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan dalam pengembangan filsafat pengetahuan (epistemologi), sebab ‘pengetahuan ilmiah’ tidak lain adalah a higher level dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum sebagaimana kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang merefleksi, radikal dan integral mengenai hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Dimensi abstrak-teoritis hingga konkrit-aplikatif dibahas dalam bab 3 ini, mulai dari pengertian filsafat ilmu sampai dengan manfaat belajar filsafat ilmu.

Ilmu pengetahuan yang dijadikan objek material filsafat ilmu, berturut-turut dibahas dalam dua bab berikutnya, yakni bab 4 dan 5. Pertama diuraikan mengenai definisi, ciri-ciri, keragamanan dan pengelompokkan, susunan, Iptek, dan wujud ilmu. Pada bab selanjutnya, adalah deskripsi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu yang dibidani oleh filsafat, menyinggung pula filsafat India, filsafat Cina, filsafat Islam, filsafat Yunani, dan secara umum filsafat Barat yang sampai hari ini menjadi salahsatu kiblat bagi kebanyakan filsuf dan ilmuan di dunia. Dalam kajian sejarah ini, dapat memberikan penjelasan proses perubahan sampai tingkat yang lebih dipercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah terkait pemahaman ilmu pengetahuan sampai abad 21 ini. Diantara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi (hlm. 89).

Kajian ilmiah membutuhkan langkah-langkah untuk dapat dikatakan ilmiah. Rangkaian langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri ilmiah, dikenal dengan sebutan metodologi. Perbedaan antara metodologi dan metode, unsur-unsur metodologi, dan pandangan tokoh filsafat tentang prinsip-prinsip metodologi dibahas pada bab 6 ini. Guna melengkapi pemahaman metodologi, dilanjutkan dengan dua bab berikutnya, yaitu tentang penemuan kebenaran dalam bab 7, serta definisi dan penalaran pada bab 8.

Setelah bagian kedua ditutup dengan cara kerja penalaran, bagian ketiga dibuka dengan tema pengembangan ilmu pengetahuan. Bagian terakhir dari buku yang ditulis oleh dosen IISIP Jakarta yang mengabdi sejak 1989, terdiri dari tiga bab. Bab 9 mengkaji tentang hubungan dan peranan ilmu pengetahuan terhadap pengembangan kebudayaan nasional. Dimensi budaya dikaitkan serta ditemukan pengaruh dari ilmu pengetahuan, bagian ini menguraikan pengaruh timbale-balik antara ilmu dengan kebudayaan. Untuk kepentingan ilmiah sekaligus bangsa, maka dibangunlah analisis dengan elemen kebudayaan yang terkait dengan ilmu. Hasilnya adalah, apa yang disebut sebagai strategi kebudayaan.

Etika keilmuan diuraikan dalam bab tersendiri. Pada bab 10 ini, penulis secara realistis menjabarkan problematika etika ilmu pengetahun sekaligus ilmuannya, dan seperti apa batasan tujuan ideal sikap ilmiah yang harus dimiliki seorang ilmuan. Lebih mendalam untuk sebuah bangsa Indonesia, bab 11 memberikan gagasan arah atau visi ilmu di Indonesia.


II

Secara umum buku ini merupakan buku yang mudah untuk dicerna. Orang awam sekalipun, artinya yang bukan berasal dari bidang ilmu kefilsafatan akan mampu dengan mudah memahami isi buku ini. Walaupun bukan seri popular, buku ini menawarkan kemudahan-kemudahan, seperti alur berfikir yang tidak terlalu abstrak-teoritis, seperti buku filsafat pada umumnya. Selain itu, tulisan yang lebih cenderung berbentuk ringkasan, dapat dibaca berulang-ulang tanpa harus menemukan lagi pokok pikiran atau inti pembicaraan.

Filsafat ilmu sebagai essensi buku yang “enak” dibaca ini, merupakan cabang dari filsafat yang merefleksi, radikal, dan integral mengenai hakikat ilmu pengetahuan sendiri. Didalamnya mengandung tujuan untuk mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana pengetahuan ilmiah itu diperoleh. Dengan kata lain, filsafat ilmu menyelidiki tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian utama dari filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri, atau dengan perkataan yang kurang formal, filsafat adalah ilmu yang “mengecek” kebenaran atau keilmiahan suatu disiplin ilmu tertentu.

Sekarang ini, dimana manusia hidup di tengah perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang ditandai dengan menajamnya spesialisasi ilmu, maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Hal ini disebabkan, dengan mempelajari filsafat ilmu, para ilmuan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual, sebuah sikap solipsistik, yakni menganggap hanya pendapatnya yang paling benar. Ini mengandung makna bahwa, apa yang ada di dunia ini membutuhkan penjelasan dari disiplin ilmu yang lintas sektoral atau multidipliner. Sepertinya kesadaran dari penulis yang dibangun dalam buku ini, linear dengan pandangan Dr. Sunaryo, M.Si. Beliau mengatakan bahwa, kemitraan dalam keilmuan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan.

Makna lainnya dari pemahamn filsafat ilmu adalah, menyadarkan seorang ilmuan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada diluar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuan nyaris tidak dapat dilepaskan dari konteks kehidupan sosialbudaya suatu masyarakat. Kesadaran untuk lebih bersikap sosial dan berperan serta dalam sumbangsih bagi keberlangsungan kehidupan, adalah yang ditawarkan dalam buku ini. Dan itu, menambah nilai lebih bagi kekuatan buku yang terbit pada April 2007.

Strategi pengembangan ilmu yang merupakan salah satu arah dari pengkajian filsafat ilmu, digagas pada disetiap bab dalam buku ini. Disamping secara umum menyangkut tentang metodologi, dan etika ilmuan, secara khusus diuraikan pula tentang upaya strategi pengembangan ilmu di Indonesia. Terkait disini, penulis menggagas sebuah unity dan asimilasi dari ilmu berikut paradigma ilmiah barat dengan konteks budaya Indonesia yang terfilterkan pada ruh Pancasila.

Penulis mengajukan sintesis, bahwa kandungan Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya, yang memberikan kesadaran sebuah sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Artinya, ilmu yang ilmiah dari barat dapat diperlakukan sebagaimana mestinya untuk memanusiakan manusia Indonesia, dengan rangkaian berpikir ilmiah serta berbudi pekerti luhur selayaknya yang menjadi semangat Pancasila. Dengan kata lain, bagi bangsa Indonesia strategi pengembangan ilmu pengetahuan, mengacu pada kerangka berpikir dan keyakinan ini.

Visi dan orientasi filofofiknya diletakkan pada nilai-nilai Pancasila didalam menghadapi masalah-masalah yang harus dipecahkan sebagai data atau fakta obyektif dalam satu kesatuan integratif. Secara operasional, kemudian diteruskan pada dimensi teleologis, etis, dan integral atau integratif. Teleologis menunjuk pada pemberdayaan ilmu pengetahuan untuk mewujudkan cita-cita sebagaimana dicantumkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan dimensi etis menuntut penerapan ilmu pengetahuan secara bertanggung jawab. Pada dimensi integral atau integratif, aplikasi ilmu pengetahuan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, sekaligus juga meningkatkan struktur masyarakatnya sehingga persatuan dan kesatuan secara nasional dapat terpelihara dengan baik.

Menurut saya, gagasan tersebutlah yang menjadi kelebihan buku ini. Ketika Pancasila tererosi dengan laju perkembangan jaman, dimana Pancasila kurang diminati sebagai ideologi hidup berpolitik bahkan sosial sebagai imbas buruk pemerintahan Orde Baru, buku ini membangun kesadaran, bahkan alternatif solusi bagi Indonesia yang belum kunjung membaik. Dengan kajian ilmiah pada buku ini, sebagai acuan sebuah filsafat ilmu, berikut penulis yang berpengalaman puluhan tahun sebagai pengasuh mata kulih filsafat, rasanya tidak berlebihan kalau buku ini dikategorikan sebagai buku yang urgen dan patut untuk dibaca.

Diluar kelebihan itu, buku ini memiliki kelemahan. Terdapat pengulangan di beberapa pembahasan, bahkan kata, kalimat dan paragrafnya serupa. Pembahasan yang terkait adalah tentang paradigma / revolusi ilmiah Thomas S. Kuhn. Dalam buku ini terdapat pada halaman 70, dan diulang pada halaman 157-158. Demikian pula pada pengertian ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Tiga item tersebut ada pada halaman 151-152, serta diulang pada halaman 158.

Bagi ilmuan yang serius mengunggulkan semangat keilmiahan, rasanya akan mendapatkan kesulitan dalam memahami unity dan asimilasi antara ilmu pengetahuan dengan Pancasila yang digagas penulis. Hal ini disebabkan pembahasan yang minim, mungkin ini sependapat dengan sindiran sejarah, bahwa ”semakin sedikit uraiannya, maka semakin banyak bohongnya”. Apalagi kajian yang terhitung ilmiah-metodologis terkait gagasan ini masih minim, seperti Notonegoro (1975), Damardjati Supadjar (1996), dan Syahrial Syarbani (2003), yang kesemuanya itu cenderung bertema popular dan filsafati.

Seorang yang kurang muatannya terhadap nasionalisme untuk Indonesia, tidak akan mendapatkan apa-apa dari buku ini, bahkan hanya sekedar pengetahuan saja. Selain penulis tidak dapat membangun dasar sebuah kebutuhan ilmu untuk kepentingan sebuah bangsa, penulis tidak lebih memunculkan cerita-cerita lama tentang keunggulan Pancasila, yang banyak orang sekarang ini tidak mengakui kedigdayaannya, seperti yang telah digagas oleh founding father awal berdirinya republik ini, dan dikokohkan menancap (walaupun secara paksa) pada masa Orde Baru. Dengan kata lain, gagasan penulis yang dituangkan pada buku ini, tidak lebih dari mendaur ulang, atau lebih tepatnya mengemas kembali (repackage) dari pemikiran ilmuan-ilmuan lama. Dengan demikian, gagasan penulis tidak orisinil.


III

Buku ini, diluar kelebihan dan kekurangannya, merupakan salah satu referensi bagi masyarakat umum yang tertarik kepada filsafat. Sebagai sebuah pengantar, buku ini memuat banyak hal. Khususnya sebagai kajian filsafat ilmu, buku ini dapat memberikan pencerahan terkait dengan refleksi, mendasar, dan integral tentang hakikat ilmu pengetahuan. Selain itu, buku ini juga memberikan rangsangan berpikir untuk memahami dan menilai metode-metode ilmiah, sekaligus menyadarkan agar memiliki sikap ilmiah dalam kehidupan sehari-hari sekaligus berusaha agar mengerti tentang strategi pengembangan ilmu, terutama di Indonesia yang diharapkan tetap pada persatuan dan kesatuan nasional.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama