Kesaksian : Lagu Sejarah Iwan Fals

 


Ketika kebebasan menyatakan pendapat secara reguler, layaknya demonstrasi bahkan hanya bersuara untuk ungkapkan kenyataan, tidak tersalurkan dengan baik, maka membutuhkan cara yang lain. Di jaman Orde Baru, jelas berbeda dengan jaman sekarang. Dengan lika-likunya, saya ceritakan apa adanya sehingga kenapa Iwan Fals ketika itu lebih memilih mengungkapkannya lewat lagu.

Lagu yang dibahas pada diskusi rutin ekskul History Club dikhususkan pada lagu Iwan Fals yang bagi saya kini beliau sudah "mati". Ada beberapa lagu yang dibahas, membentang dari siswa yang membawakannya, mahasiswa, hingga guru. Ini kali pertama ekskul ini memilih lagu yang dijadikan bahan diskusi, biasanya buku, dan film. 


Saat tiba waktu untuk saya, setelah didengarkan lagunya, maka ada kesempatan 5 menit untuk menjelaskan maknanya. Saya bercerita bahwa sejak pertama kali lagu ini didengar pada tahun 1991, ketika masih berseragam sekolah merah putih, rasa suka begitu terasa. Hanya saja, tidak paham makna dan arah lagu tersebut. Baru di tingkat SMA, tahun 1996, mulai sedikit-sedikit paham. Saya berujar:  "Kita jaman sekolah dulu, tidak paham politik. Kita diarahkan untuk ke Karang Taruna, bikin panggung, kesenian. Semua ada dananya itu. Tujuannya adalah untuk menjauhkan generasi muda dari politik. Saat remaja hingga awal kuliah, saya ngak paham itu korupsi, (kasus) pembangunan TMII, Timtim, OPM, Aceh, Petrus, Talang Sari, Tanjung Priuk, dan lainnya". Pak Andhika yang seangkatan dengan saya terlihat mengangguk-angkuk kepalanya sebagai indikator setuju.

Lagu Iwan Fals ini yang berjudul Kesaksian memberi kabar kepada khalayak bahwa "thera are something wrong with this country". Banyak orang terluka, hilang nafkahnya, dan berbagai bentuk "penindasan", kesewenangan, dan dia menjadi saksi, itulah beberapa "kata kunci" dalam lagunya. Kenyataan hidup pada jaman Orde Baru, bagi musisi pada dasarnya tidak berbeda yang dirasakan "orang politik" yang menyuarakan anti penindasan, anti kesewenang-wenangan, demokrasi, kebebasan berpendapat, dan pejuangan HAM. 

Saya menilai lagu ini berhasil mendeskripskan kondisi Indonesia diakhir tahun 80, dan diawal tahun 1990. Lagu ini tergolong berani, bahkan amat berani. Banyak aktivis yang "tiarap", dia tetap berdiri tegap. Bisa jadi karena lahir dikeluarga tentara, dimana ketika itu yang "berkuasa" adalah militer, yang menjadi sebab kenapa Iwan Fals berani "berdiri tegak". Lagu ini sepertinya tepat apabila disebut pula sebagai lagu "perlawanan". 

Itu dulu, seperti yang saya sebut diawal bahwa Iwan Fals "telah mati". Sejak selesainya SBY menjabat presiden, dia seakan hilang dari peredaran "dunia kaum kritis". Kondisi prihatin yang terjadi di Indonesia, tidak mampu menyentuh Iwan Fals yang dulu banyak dicerminkan dalam karya lagu-lagunya. "Menariknya" belakangan Iwan Fals membuat lagu yang bernada "kritis", dengan secepat kilat lumayan viral, dan komentar bertaburan. Salah satunya yang senada dengan pendapat saya adalah sebuah celoteh begini : "kemarin kemana aja bang ?".

Sebagai penutup, saya ingin menyatakan bahwa tulisan ini adalah sebuah pendapat pribadi sebagai fans Iwan Fals tahun 80-90-an yang (SEJUJURNYA) rindu akan beliau yang seperti dulu: "melawan", "kritis", dan "mengkritik", "menjaga jarak dengan penguasa" dan "mewakili suara rakyat jelata"....

6 Komentar

  1. Kemaren kemana aja Bang Cip? haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. sakit typus bang, sekarang lagi coba buat-buat video. Belajar jadi youtuber...hehehehe

      Hapus
  2. Wah saya menikmati lagu Bang Iwan fals bukan dari yang kritisnya tapi yang pas di hati. He he.

    BalasHapus
  3. Bang Iwan Fals..suaranya yang khas, saya suka

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama