HGN 2021: Mohon Maaf Lahir dan Batin


Hiruk pikuk ucapan HGN sudah terasa sejak H-1. Semangat menghargai jasa-jasa guru diingat kembali. Pemerintah Indonesia di jaman Orde Baru, bahkan melestarikannya secara formal dengan pengukuhan bahwa tanggal 25 Nopember bukan lagi hanya sekedar hari lahirnya organisasi guru se-Indonesia, PGRI, namun diluas dan luweskan sebagai Hari Guru Nasional (HGN). 

HGN 2021, memang lebih longgar dibanding HGN 2020. Setelah memasuki tahun ke 2 pandemi, akhirnya upacara yang menghadirkan mayoritas guru dan karyawan digelar. Upacara luring/offline ini yang menjadi salah satu pembedanya, setidaknya bagi sekolah-sekolah negeri di DKI Jakarta. Sekolah yang berada di selatan Jakarta, mengajak guru dan karyawan mengenakan baju daerah. Upacara HGN 2021, mengingatkan kembali seperti perayaan hari besar nasional, seperti Hari Sumpah Pemuda.

Selain guru dan karyawan, peserta didik juga hadir yang terdiri dari tim Paskibraka, OSIS, MPK, dan paduan suara. Mereka berbatik ria, dan semakin semarak sekaligus beragam. Sejak kedatangan, proses upacara, hingga diakhir upacara, kamera mengabadikannya. Rasa rindu akan upacara bendera begitu kentara, apalagi soal foto-foto bersama. 

Di luar kesemarakan itu, hal yang tidak kalah "semaraknya" adalah apa yang disebut "defisit pengetahuan", "lost knowledge". Apa yang hilang dalam masa pandemi ini menjadi pekerjaan rumah guru khususnya. Dengan berbagai pelatihan dan usaha guru dalam menyediakan berbagai proses agar terjadinya proses pembelajaran dari rumah hingga tatap muka terbatas, adalah yang tidak dapat ditutupi adalah tidak sedikit peserta didik terlihat "terlambat" dibanding sebelum pandemi. 

Semua pihak bisa bersembunyi dengan kenyataan bahwa memang tidak memungkinkan menciptakan proses pembelajaran normal. Semua bisa bilang inilah yang terbaik guru lakukan. Dengan ketidaknormalan yang ada, guru sampai berkeringat belajar sana belajar sini, coba ini coba itu, untuk mensiasati kendala yang ada. Cara guru merespon tantangan masa pandemi ini, sudah terbilang bagus, bahkan banyak dinyatakan guru sekarang kreatif. Ini kabar baik. Bagaimana kabar peserta didik ?. 

Ada yang terus mengikuti perkembangan cara bagaimana guru berproses dalam pembelajaran, ada yang tertatih tatih, bahkan ada pula yang tersungkur. Lebih parah ada ?, ada !. Ada peserta didik yang "menghilang" pada masa pandemi ini walaupun nama nya kokoh tertulis pada daftar hadir sekolah. Guncangan ekonomi masa pandemi, mengharuskan ada disamping orang tuanya untuk mencari nafkah. Jangankan beli kuota, handphone pun tak ada. Belum lagi, ada yang memilih untuk menjadi tukang parkir untuk menyambung hidup. Tawaran sekolah untuk sediakan perangkat dan saluran internet tak digubris. Ongkos untuk ke sekolah menjadi kendala. Orang tua dihubungi tapi tak ada geraknya.

Beberapa orang akan menjawab, ini bukan masalah teknis ini soal kemauan, soal budaya. Banyak orang tak berpunya, tapi kaya kemauan, ternyata bisa mengikuti pelajaran masa pandemi ini. Mengikuti, paham total ?, tentu tidak. Kondisi tak normal ini, dengan kurikulum khusus tentunya, menemukan hasil yang terbilang tanpa "kasih sayang guru" rasanya langka. Pemakluman dalam berbagai wujudnya, juga dimaklumi adanya. Ini nyata dipermukaan. Latennya adalah terjadinya "defisit pengetahun, lost knowledge" dalam diri peserta didik. 

"You may call me as a pesimistic, but I'm not the only one". Membaca realitas terjadinya "jurang pengetahuan yang mengangga, menghilang, dan tertinggal" sebenarnya menjadi renungan di HGN 2021 ini. Peserta didik mungkin tidak menyadari bahwa kualitas mereka menurun dan tertinggal, jauh dibelakang dari generasi sebelum pandemi. Ketika banyak guru bergembira atau terharu akan persembahan peserta didiknya, saya lebih memilih untuk berkata: Mohon maaf lahir dan batin, maafkanlah...Maafkan gurumu yang hanya bisa berusaha sekuat tenaga untuk menekan defisit pengetahuanmu. Do'akan kami tetap sehat dan amanah membangun peradaban Indonesia melalui pendidikan.

6 Komentar

  1. Learning loss memang tak bisa dihindari akibat kesenjangan yang berkepanjangan dalam pendidikan bagi siswa
    Keep spirit...

    BalasHapus
  2. Sependapat. Angkatan siswa kls 8 dan 9 atau 11 dan 12 sekarang kompetensinya sangat kurang dibandingkan generasi srbelumnya. Tantangan banget bagi kita..

    BalasHapus
  3. This!

    Paragraf terakhirnya makjleb

    BalasHapus
  4. Haru saya membaca paragraf terakhir yang dipersembahkan.
    Mohon maaf lahir bathin murid-murid.

    Terimakasih Pak Cip atas tulisan yang merefleksi
    Sehat selalu Pak

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama