#6 – Raffles dan Prabowo



oleh

Sucipto Ardi


Hingga kini, Singapura tetap menjadi wilayah dengan tingkat kunjungan wisman tinggi dan negara makmur. Sebuah pencapaian yang bukan main-main dari negara kecil yang ramai lalu lalang kendaraan diatas air dan diatas awan. Kehebatanan Singapura memang tidak lepas dari berbagai faktor dan adanya kekuatan untuk menekan yang konsisten dari pihak pemerintah. Di jaman modern ini, Singapura dikenal sebagai “fine city”. Bukan artinya kota yang baik, tapi kota (yang penuh dengan) denda. Dititik inilah apa yang disebut kekuatan untuk menekan dan itu diakui banyak pengamat menjadi kekuatan utama sehingga Singapura tertib dan bagus.

Negara yang luasnya tidak lebih besar dari Pulau Bali memiliki sejarah yang panjang. Pernah menjadi bagian dari kerajaan Sriwijaya dan vasaal Majapahit, kemudian bagian dari Kerajaan Malayu, dan bergantian dikuasai Barat. Di bawah Inggris, Singapura mengalami perubahan yang tidak biasa.

Dibawah kendali Sir Stamford Raffles, Singapura dibangun dari dasar untuk sebuah kota pelabuhan yang memang diperhitungkan dengan matang. Pada tanggal 6 Februari 1819 dapat dicapai sebuah kesepakatan antara Raffles dengan sultan Hussein shah dan Temanggong dari Johor. Momentum inilah yang menjadi tonggaknya yang dalam buku-buku sejarah disebut awal mula Singapura dibuka oleh Raffles.

Setelah basis legalitas dipenuhi, maka langkah berikutnya ialah mendirikan pos perdagangan tentunya dengan bendera EIC (East India Company). EIC ini ialah perusahaan dagang negara Inggris yang beroperasi di Asia. Seiring dengan ini pula pembangunan kota dimulai. Pembangunan ini adalah keinginan Raffles agar Singapura menjadi kota yang modern, mengingat ketika itu ada semacam persaingan kota dagang. Banyak kota pelabuhan dibangun, namun tak ada satupun yang mampu menandingi kota pelabuhan Malaka. Raffles ingin mengalahkannya dengan menciptakan Singapura melebihi segalanya dibanding Malaka. Soal ramainya lalu lintas air dan kunjungan pedagang dari berbagai negara, dinilainya sepadan, namun Singapura dijadikannya pelabuhan bebas. Sontak, Singapura, jika hari ini, disebut sebagai trending topi, viral !. 

Melihat gelagat ini, komitmen Raffles terhadap ketertiban digencarkan. Penerapan hukum begitu terpercaya. Hukum dijadikan panglima, tidak pandang bulu siapa pelaku kesalahan hukum, maka bersiaplah dimejahijaukan dan bisa masuk penjara. Seperti di Indonesia, Raffles yang cinta dengan keilmuan, mendirikan institusi pendidikan. Disini Raffles mengumpulkan literatur tentang tradisi, dan hukum dan adat istiadat negara dengan bantuan bangsawan juga para pujangga. Nama institusi ini ialah Singapore Free School dan dioperasikan untuk ditujukan kepada putra-putra para pemimpin Melayu. Mereka diajak untuk mengajarkan bahasa asli kepada pegawai East India Company. Pada tahun 1856, Singapore Free Institution School dinamai Singapore Institution.

Sebagai catatan kesukses Raffles, Singapura setelah 6 tahun dibangun telah berubah menjadi sebuah pelabuhan sekaligus pusat perdagangan terbesar di Timur Jauh.  Goresan emas sejarah mencatat bahwa omzet sejak dibuka sebesar 2.60.440 pound pertahun, melebihi Melaka. 


Usaha ingin melebihi dari pihak lain layaknya kisah Singapura itu, sepertinya adalah naluri manusia. Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) terlihat satu frekuensi. Sebagai suatu yang normal, partai yang berdiri pada 6 Februari 2008, sama dengan partai lainnya berharap mendapat dukungan banyak dari rakyat dan hasilnya melebihi dari partai lain yang ada. Harapan ini berpihak kepada partai yang dikomandoi oleh mantan kombatan Timor Timur, yaitu Prabowo Subianto.

Putra salah satu ekonom terbaik Indonesia, pernah menjadi harapan besar rakyat, terutama golongan muslim pada Pilpres 2014, terlebih di Pilpres 2019. Namun banyak tak disangka oleh pendukungya, beliau memilih untuk bergabung dengan rivalnya dalam susunan kabinet yang dibangun oleh Presiden Joko Widodo. Prabowo yang amat dielu-elukan dimasa pra, kampanye, hingga menjelang pengumumannya oleh karena kritis ke perintah, kini setelah menjadi Menteri Pertahanan, seringkali memilih diam terhadap kebijakan rezim yang terasa memberatkan kebanyakan, terutama dimata oposisi.

Bagi para pendukung tradionalnya yang kurang cantik dalam memahami apa arti politik itu, akan mengidap “penyakit baperan”. Baperan ialah sebuah istilah remaja kini yang mengindikasikan segala sesuatu terlalu membawa perasaan bukan akal sehat. Politik tidak selamanya jahat, tapi politik itu selalu rasional. Oleh karenanya jangan kaget, hari lalu bermusuhan dengan hebatnya, bisa jadi hari ini berpelukan. Itulah politik. Tidak ada lawan abadi, yang ada ialah kepentigan yang abadi. Terima kasih.




Sumber:

https://www.minews.id/kisah/terungkap-inilah-strategi-thomas-stamford-raffles-saat-bangun-singapura-modern

https://daerah.sindonews.com/berita/1094453/29/thomas-stamford-raffles-dan-sejarah-berdirinya-singapura?showpage=all#:~:text=Pada%201819%2C%20dia%20mengusulkan%20kepada,cocok%20untuk%20dijadikan%20tempat%20itu.

https://arahkata.pikiran-rakyat.com/politik/pr-1281391950/prabowo-sampaikan-pesan-khusus-di-hut-gerindra-ke-13

https://www.liputan6.com/news/read/4476756/hut-ke-13-gerindra-prabowo-tunjuk-cucu-pendiri-nu-gus-irfan-jadi-waketum-partai


5 Komentar

  1. Jd menambah wawasan.
    Terima kasih Pak..

    BalasHapus
  2. Pembahasan kali ini sangat menarik yaitu mengenai dan mengenal tentang negara singapura yang berada dbawah kendali Sir Stamford Raffles, Singapura dibangun dari dasar untuk sebuah kota pelabuhan yang memang diperhitungkan dengan matang. Serta tentang partai gerindra yang memiliki harapan untuk mendapat dukungan banyak dari rakyat dan hasilnya melebihi dari partai lain yang ada, Harapan ini berpihak kepada partai yang dikomandoi oleh mantan kombatan Timor Timur, yaitu Prabowo Subianto.

    BalasHapus
  3. Wah jadi tau asal usulnya dari mana Terima kasih pak

    BalasHapus
  4. keren. kedua tokoh di atas sama-sama berperan penting untuk kebaikan negara, salut.

    BalasHapus
  5. Topik yang diangkat begitu menarik! Benar sekali bahwa dibalik kesuksesan negara Singapura, pasti terdapat kebijakan yang konsisten di dalamnya. Selain itu saya sangat setuju dengan pernyataan di akhir tulisan ini, bahwa “tidak ada lawan abadi, yang ada ialah kepentkngan yang pribadi”. Keren pak Cip!

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama