Tersentil karena Tulisan Master


Merespon tulisan orang lain dalam bingkai Pantun Bale bukan perkara mudah. Selama ini mengulasnya dengan pendekatan "kedekatan". Opo iki ?! hahahaha...

Saya memilih tulisan untuk dikomentari karena memang terkait dengan pengalaman yang pernah terjadi. Dengan demikian membuat konstruksi jadi lebih mudah, dan mudah-mudahan bermakna terasa feel-nya. Gaya-gaya pakai kata konstruksi ini merujuk kepada teori konstruktivisme, yaitu orang akan berfikir, membangun pemikirannya oleh karena sebelumnya telah mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan apa yang ditemukannya kini. 

Selasa pagi ini, saya kemudian menjatuhkan pilihan kepada tulisan seorang yang saya anggap master di Lagerunal, Pak Rizky saya menyebutnya. Beberapa tulisan beliau yang saya baca, umumnya saya menyelipkan komentar dengan kalimat "renyah, enak dibaca, mengalir bagai air turun dari gunung". Entah kalimat itu saya tuliskan di blognya atau hanya didalam hati saya untuk menjadi ingat-ingatan sekaligus rujukan: "kalau mau nulis, lihat dulu tuh karya Pak Rizky!". Kemampun menulisnya diatas rata-rata, termasuk dalam tulisan yang di-Pantun Bale-kan kali ini.

Tulisan yang berjudul [Simak Contohnya] Yuk, Jadi Orang Tua yang Ramah Anak ! terasa dekat dengan saya, karena beberapa yang ditulis pernah dilakukan. Kesan pertama yang terasa ialah, telinga saya ada menjentikkan jari. Kupung saya disentil !. Beberapa tawaran kalimat yang bernuansa ramah anak, pernah saya lakukan dan juga tak jarang terlewati ketika dilanda emosi. Amarah ini memang biang keladi anak tidak mendapatkan pelayanan ramah dari orang tua. 

Melalui tulisan ini, orang tua diajak atau "dituntut" untuk menjadi penyabar, setidaknya didepan anaknya. Pola "mari kita bicarakan" amat kental sebagai solusi, ditambah pula pola "mendekat untuk memberikan ide". Contoh-contoh yang disajikan untuk disimak oleh para pembaca, mengarahkan kepada proses anak diajak untuk berbicara, tanya jawab, lalu bertukar pikiran. 

Selanjutnya kata-kata ramah yang dipraktikkan seperti pada contoh, layak untuk dibiasakan. Maksud dari ajakan penulis ini adalah menjadi sesuatu yang bisa dilaksanakan, terlebih dalam rangka membuat anak itu mulia. Ya, dengan kata-kata yang juga mulia. Ini menegaskan bahwa menjadi orang tua itu tidak mudah, sekaligus menjadi mulia dengan contoh bagaimana berperilaku ramah anak itu adalah bisa diwujudkan.

Membaca tulisan yang blognya juga menawarkan jasa membuat tulisan "top markotop", seperti melakukan diskusi dengan diri sendiri. Dialektis kata orang-orang kampus. Selain itu, terselipkan humor dan membuat isinya semakin segar.

Saya membacanya dengan rasa senang sehingga nyaris tak terasa sudah diujung cerita. Saya menyudahinya dengan berkata: "apa yang terjadi nantinya ya ?, apakah tawaran contoh-contoh tersebut cocok untuk semua umur ?, bagaimana jika kemudian terjadi perdebatan antara anak dan orang tua seperti sinetron barat ?". Kemudian saya tersadarkan, ini hanya contoh dan bisa dibilang baru permulaan saja. 

Dibeberapa bagian, saya sudah menerapkan pola "mari kita bicarakan" dan "mendekat untuk memberikan ide" kepada anak saya yang umurnya nyaris 4 tahun dan nyaris 8 tahun. Keduanya berhasil. Untuk yang umur nyaris 4 tahun, terbilang berhasil saat ada permasalahan dengan pola tersebut. Namun, setelah pola itu diterapkan, kemudian dia "lupa". .wkwkwkwk, lari sana lari sini plus loncat-loncatan...Anak saya yang satunya lagi, memang lebih cocok untuk kedua pola tersebut. namun, kalau sudah bermain dengan adiknya yang nyaris 4 tahun, lagi-lagi "lupa lagi"...hehehehe...

Ketika saya duduk dibangku SMA, bapak saya menggunakan kedua pola diatas. Itu berhasil, dan saya anggap solusi berkelas hingga kini. Melekat !.  Itu tidak hanya sampai seperti contoh, namun terjadi dialog yang cukup berkepanjangan. Barangkali Pak Rizky akan membuat tulisan lanjutannya, ini menjadi penting untuk orang tua. Bukan hanya karena mengalaminya, namun karena ingin membuat anak mulia, dan memiliki sikap ramah anak. Amat mungkin terjadi, jika saja kedua pola itu secara efektif dilakukan, maka kenakalan remaja, seperti kekerasan antar geng motor, tawuran pelajar akan dapat ditekan frekuensinya. Adalah benar dan tepat bahwa orang tua menjadi kendali utama di diri remaja atau anak. Dengan demikian, kenakalan remaja itu adalah kenakalan orang tua. 

Sebagai penutup, saya ingin ucapkan terima kasih kepada Pak Rizky atas tulisannya. Ini membantu !. 









9 Komentar

  1. Mari kita terapkan pola tersebut agar kedekatan kita pada anak-anak kita makin ramah dan membuat mereka nyaman.

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, tulisanku diulas juga di Pantun Bale. Terima kasih banyak, Pak, ulasannya menarik, dengan teori-teori yang ilmiah.

    BalasHapus
  3. Lagi lagi saya hanya bisa berkunjung ke pantun bale sobat lage.
    Kali ini saya berkunjung ke empunya pantun bale, seperti biasa selain konsisten ada pelajaran yang dapat dipetik dari tulisan Pak Cip.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Minggu depan, ayo buat Bang Indra. Semangat !

      Hapus
  4. Waduh.. kirain tadi ulasandari tulisan Yuk beri opini

    Hehee.. sama - sama yuk ...

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama